Singapore...
Sebuah negara kecil di Asia Tenggara yang tidak lebih besar dari Pulau Bali, dalam satu minggu ini merayakan dua hari besar keagamaan secara bersamaan.. Secara statistik, mayoritas Singapore terdiri dari 76.8% ras Chinesse, 13.9% Ras Malay dan 7.9% Ras India. Dua hari besar keagamaan yang saya sebutkan diatas adalah milik dua dari 3 ras mayoritas tersebut...
Diwali, also called Deepavali (Sanskrit: दीपावली) adalah sebuah hari raya umat Hindu India yang juga dikenal sebagai 'Festival of Light'. Ini adalah simbolis perayaan kemanangan kebaikan (good, dharma) melawan kejahatan (evil, adharma) - Di Hindu Bali mungkin agak sama dengan perayaan Galungan. Disini, umat Hindu India merayakannya dengan menghidupkan lampu dan cahaya serta kembang api pada waktu malam hari ketika hari H nya. Untuk di Singapore, keramaian biasanya dipusatkan di Little India ataupun Bugis. Jadi jangan heran jika Sabtu kemaren banyak abang2 Bangla dan India ngantre di Boon Lay MRT Station untuk beli tiket dan tidak menjalankan 'networking night' seperti weekend biasanya di rumput2...
Hari Raya AdilFitri or just simply 'Hari Raya' adalah perayaan umat Muslim, setelah kemenangan selama satu bulan berpuasa di Bulan Ramadhan... Sama halnya dengan di Indonesia, di hari yang suci tersebut para umat Muslim di Singapore menjalankan Sholat Eid, saling bermaaf maafan, dan membuat ketupat lebaran. Bila kita naik MRT atau bus pada hari itu, kita melihat satu keluarga akan memakai busana khas Malay yang seragam...
Satu hal yang saya kagumi dari Singapore adalah bagaimana kerukunan hidup antar umat beragama ini diciptakan dan diterapkan. Mereka bukan saja berbeda agama, mereka juga berbeda ras satu sama lain. Tetapi mereka tetap bersatu dibawah satu 'Singapura'... Pemerintah memberikan jatah hari besar keagamaan dan menetapkan libur nasional yang sama buat pemeluk agama di Singapore (2 hari besar keagamaan per tahun).. Entah itu Budha (Chinesse), Hindu, Christian, maupun Muslim; semuanya mendapatkan jatah yang seimbang...
Melihat kerukunan seperti di Singapore , saya berharap Indonesia yang sekarang bisa meniru kerukunan hidup yang ada di sini...
Apa gunanya belajar PPKn atau PMP di sekolah jika tetap saja tidak bisa menghormati perbedaan yang ada?
Apa gunanya ditulis Undang2 tetapi tetap saja terjadi konflik antar umat beragama?
Mari kita belajar lagi untuk bertoleransi antar umat beragama, sebagaimana yang sudah tercipta ketika saya kecil di jaman Soeharto dulu....
No comments:
Post a Comment