Happy New Year 2007 Everybody...
Selama hampir 3 minggu pulang ke Indo, saya lebih dekat merasakan segala macam gosip, kehidupan politik ataupun peristiwa2 yang terjadi di Indonesia. Mulai dari kasus Alda, FFI, bencana lumpur, dan yang paling menyedihkan di awal tahun 2007 adalah Kasus tenggelamnya KM Senopati dan hilangnya Adam Air.
Faktor alam, seperti angin yang kencang dan hujan juga merupakan katalis terjadinya bencana ini. Cuman jangan pernah dipungkuri bahwasanya ketidaksiapan Indonesia untuk mengadopsi LCC (Low Cost Carrier - klik disini untuk melihat karakteristik bisnisnya) atau Budget Airlines pada sistem transportasi udara juga merupakan salah satu faktor terjadinya musibah ini.
Di era 70'an-80'an sampai awal 90'an, monopoli penerbangan di Indonesia masih dipegang oleh Maskapai penerbangan nasional Indonesia, Garuda Indonesia dan anak perusahaannya, Merpati. Meskipun ada 2 lagi penerbangan domestik Indonesia yang dijadikan alternatif, Sempati Air (Lebih setengah sahamnya dipegang oleh Dinasti Cendana, bangkrut tahun 1998) dan Bouraq Airlines (didirikan April 1970), tetapi sistem LCC belum terasa.
Ide LCC yang pertama berkembang di USA tahun 1980, mulai memasuki Indonesia di awal tahun 90'an. Perusahaan dengan ownership para pengusaha besar di Indonesia mulai menjamur, sebut saja Adam Air, Lion Air, Mandala Airlines, Batavia Air, dsb. Tetapi apa yang terjadi? Ini merupakan awal tragedi sistem transportasi udara di Indonesia. Kegagalan memanage pada sistem check up pesawat serta sarana prasarana infrastruktur penerbangan yang ada di Indonesia menyebabkan kegagalan Indonesia dalam mengadopsi konsep LCC. Dengan demikian muncullah slogan "Terbang Murah Nyawa Murah" untuk penerbangan LCC di Indonesia yang ditandai dengan banyak terjadi kecelakaan dan yang terakhir paling naas ditandai dengan hilangnya Adam Air Flight 574.
Sampai saat ini, pencarian seminggu lebih ini baru membuahkan hasil serpihan pesawat Adam Air di pesisir pantai Kupa, Sulsel. Kita doakan semoga dengan mencuatnya kasus ini akan memperbaiki sistem transport udara Indonesia kedepannya
Selama hampir 3 minggu pulang ke Indo, saya lebih dekat merasakan segala macam gosip, kehidupan politik ataupun peristiwa2 yang terjadi di Indonesia. Mulai dari kasus Alda, FFI, bencana lumpur, dan yang paling menyedihkan di awal tahun 2007 adalah Kasus tenggelamnya KM Senopati dan hilangnya Adam Air.
Faktor alam, seperti angin yang kencang dan hujan juga merupakan katalis terjadinya bencana ini. Cuman jangan pernah dipungkuri bahwasanya ketidaksiapan Indonesia untuk mengadopsi LCC (Low Cost Carrier - klik disini untuk melihat karakteristik bisnisnya) atau Budget Airlines pada sistem transportasi udara juga merupakan salah satu faktor terjadinya musibah ini.
Di era 70'an-80'an sampai awal 90'an, monopoli penerbangan di Indonesia masih dipegang oleh Maskapai penerbangan nasional Indonesia, Garuda Indonesia dan anak perusahaannya, Merpati. Meskipun ada 2 lagi penerbangan domestik Indonesia yang dijadikan alternatif, Sempati Air (Lebih setengah sahamnya dipegang oleh Dinasti Cendana, bangkrut tahun 1998) dan Bouraq Airlines (didirikan April 1970), tetapi sistem LCC belum terasa.
Ide LCC yang pertama berkembang di USA tahun 1980, mulai memasuki Indonesia di awal tahun 90'an. Perusahaan dengan ownership para pengusaha besar di Indonesia mulai menjamur, sebut saja Adam Air, Lion Air, Mandala Airlines, Batavia Air, dsb. Tetapi apa yang terjadi? Ini merupakan awal tragedi sistem transportasi udara di Indonesia. Kegagalan memanage pada sistem check up pesawat serta sarana prasarana infrastruktur penerbangan yang ada di Indonesia menyebabkan kegagalan Indonesia dalam mengadopsi konsep LCC. Dengan demikian muncullah slogan "Terbang Murah Nyawa Murah" untuk penerbangan LCC di Indonesia yang ditandai dengan banyak terjadi kecelakaan dan yang terakhir paling naas ditandai dengan hilangnya Adam Air Flight 574.
Sampai saat ini, pencarian seminggu lebih ini baru membuahkan hasil serpihan pesawat Adam Air di pesisir pantai Kupa, Sulsel. Kita doakan semoga dengan mencuatnya kasus ini akan memperbaiki sistem transport udara Indonesia kedepannya
No comments:
Post a Comment